Work From Anywhere Menurut Psikologis: Lebih Bebas, Lebih Bahagia, atau Malah Lebih Stres?
Dulu, kita mungkin nggak kebayang kalau bisa kerja dari mana aja. Namun, sekarang istilah work from anywhere (WFA) udah jadi tren yang makin populer, terutama setelah pandemi. Dengan teknologi yang terus berkembang, kita bisa ngerjain tugas kantor dari rumah, kafe, co-working space, atau bahkan dari pantai sambil liburan. Tapi, pernah nggak sih kamu mikir, gimana pengaruh WFA ini dari sisi psikologis? Apakah lebih bikin kita bahagia, atau malah menambah stres?
1. Kebebasan yang Membuat Kerja Lebih Fleksibel
Salah satu keuntungan utama dari WFA adalah kebebasan. Nggak ada lagi aturan masuk kantor jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore. Kamu bisa atur sendiri waktu dan tempat kamu kerja, sesuai yang paling nyaman buat kamu. Buat sebagian orang, kebebasan ini bisa bikin mereka merasa lebih bahagia. Mereka nggak perlu pusing mikirin macet di jalan atau buru-buru berangkat pagi-pagi buta. Bahkan, ada yang jadi lebih produktif karena bisa kerja di lingkungan yang bikin mereka nyaman.
Dari sudut pandang psikologis, kebebasan ini memang memberikan banyak manfaat. Menurut penelitian, ketika seseorang punya kontrol lebih terhadap bagaimana dan di mana mereka bekerja, tingkat stresnya cenderung lebih rendah. Mereka juga merasa lebih puas dengan pekerjaannya karena bisa mengatur waktu lebih fleksibel. Buat yang senang bekerja sambil traveling, WFA memungkinkan mereka mengeksplor tempat-tempat baru sambil tetap menjalankan tugas kantor.
2. Risiko Terlalu Santai dan Kurang Produktif
Tapi, nggak semua orang cocok dengan kebebasan ini. Ada juga yang malah kewalahan karena nggak ada struktur yang jelas. Kebebasan yang berlebihan bisa bikin kamu sulit memisahkan antara waktu kerja dan waktu istirahat. Nggak jarang, orang yang WFA malah jadi susah buat "beneran berhenti" bekerja, karena nggak ada batasan jam kerja yang jelas. Alih-alih lebih santai, mereka justru merasa selalu "on" dan susah buat lepas dari tugas kantor.
Dari segi psikologis, ini bisa memicu kelelahan mental atau yang biasa disebut burnout. Saat kita nggak bisa membedakan kapan harus kerja dan kapan harus istirahat, otak kita jadi nggak punya waktu buat benar-benar beristirahat. Mungkin kamu ngerasa produktif karena bisa bekerja kapan aja, tapi sebenarnya tanpa batasan yang jelas, kualitas kerja bisa menurun. Akhirnya, bukannya lebih santai, kamu malah tambah stres dan kurang produktif.
3. Dampak pada Interaksi Sosial dan Rasa Kesepian
Di kantor, kita terbiasa punya teman ngobrol, sekedar sharing tentang kerjaan, atau bahkan curhat soal hal-hal pribadi. Tapi dengan WFA, interaksi sosial ini jadi lebih terbatas. Buat sebagian orang, kurangnya interaksi ini bisa memicu rasa kesepian. Nggak ada lagi suasana kantor yang ramai, candaan di pantry, atau makan siang bareng rekan kerja. Kalau kamu termasuk orang yang butuh banyak interaksi sosial, WFA bisa bikin kamu merasa terisolasi.
Secara psikologis, rasa kesepian ini bisa berdampak pada kesehatan mental. Kurangnya koneksi dengan orang lain bisa memicu stres dan perasaan nggak nyaman. Itulah kenapa, buat yang WFA, penting banget buat tetap menjaga interaksi sosial, baik dengan teman kerja lewat video call atau dengan teman dan keluarga di luar jam kerja. Dengan begitu, kamu tetap punya keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan sosial.
4. Pentingnya Membuat Batasan yang Sehat
Buat menjalani WFA dengan sehat secara psikologis, salah satu kuncinya adalah membuat batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat. Meskipun kamu bisa kerja dari mana aja, bukan berarti kamu harus terus-terusan bekerja. Tetapkan jam kerja yang teratur, walaupun kamu nggak berada di kantor. Ini bisa bantu otak kamu "menyadari" kapan harus fokus bekerja, dan kapan harus berhenti.
Psikolog menyarankan agar kamu menciptakan rutinitas kerja meskipun dari rumah atau tempat lain. Misalnya, punya tempat khusus untuk bekerja, sehingga kamu bisa "keluar" dari suasana kerja setelah selesai. Kalau kamu kerja di tempat yang sama dengan tempat istirahat, otakmu bisa bingung kapan harus relax dan kapan harus produktif. Batasan ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisikmu tetap seimbang.
5. Menjaga Motivasi dan Kesehatan Mental
Salah satu tantangan WFA lainnya adalah menjaga motivasi kerja. Karena kamu nggak berada di lingkungan kantor yang penuh dengan orang bekerja, kadang rasa malas bisa muncul. Nggak ada yang memperhatikan atau menegur saat kamu menunda pekerjaan, sehingga godaan buat bersantai bisa lebih besar. Tapi di sisi lain, WFA bisa jadi kesempatan buat belajar lebih mandiri dan disiplin.
Psikolog menyarankan untuk tetap punya target harian atau mingguan yang jelas. Ini membantu kamu tetap fokus dan termotivasi. Selain itu, penting juga untuk merawat kesehatan mental dengan rutin beristirahat dan melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar jam kerja. Entah itu olahraga, meditasi, atau sekedar nonton film favorit, semuanya bisa membantu kamu menjaga keseimbangan antara kerja dan hidup pribadi.
Secara psikologis, work from anywhere memang punya dua sisi. Di satu sisi, fleksibilitas dan kebebasan bisa bikin kita lebih bahagia dan puas dengan pekerjaan. Tapi di sisi lain, tanpa batasan yang jelas, WFA juga bisa bikin kita merasa kesepian, stres, dan burnout. Kuncinya adalah bagaimana kita bisa menciptakan keseimbangan antara kebebasan dan disiplin, serta menjaga interaksi sosial meskipun bekerja dari tempat yang berbeda.
Dengan begitu, WFA bisa jadi pengalaman yang menyenangkan dan produktif, tanpa mengorbankan kesehatan mental kita.
——————————————-
Experience The Avenue8 Advantage today. Contact us for any Private Office, Coworking Space, Virtual Office, Meeting Room, and Event Space inquiries.
As featured on: The Jakarta Post, Daily Social, Detik, Tech in Asia, and more.